Thursday, July 21, 2011

Rabbaniyah, Bekal dan Arah Jalan Kami

Islamedia - Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam; pemilik segala sesuatu dan pemberi petunjuk kepadanya, dan salawat dan salam semoga tercurah kepada penghulu para du’at, Imam para nabi dan Rasul; nabi Muhammad bin Abdullah .. Selanjutnya ..

Pada saat Islam menghadapi tantangan di berbagai bidang dan di semua tingkatan, dan dunia berada pada kondisi yang mengenaskan sehingga memberikan dampak – tanpa ada keraguan di dalamnya– terhadap perjalanan dakwah dan para du’at. Muncul pertanyaan logis: Apakah ada solusi dan tempat kembali untuk mempertahankan dan menjaga tsawabit (prinsip-prinsip) kita tanpa menyebabkan dampak negatif terhadap dakwah dan para duat?

Pada hakikatnya, ketika suatu bencana terjadi di berbagai tempat, maka akan muncul energi dari cahaya Islam yang menyeru dan mengingatkan umat bahwa

“Tidak ada tempat untuk lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja”. (At-Taubah:118),

dan tidak ada jalan keselamatan kecuali dengan mengikuti petunjuk-Nya,

“Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”. (Thoha:123).

Oleh karena itu, melalui peristiwa dan tantangan-tantangan yang dihadapi ini kami merupakan kesempatan yang besar untuk menghiasi diri dengan hiasan robbaniyah; melalui berbagai nilai, sarana dan ragamnya…Etika, prilaku dan bahkan realita yang dirasakan langsung.

Imam Syahid Hassan al-Banna -semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya- dengan gamblang menjelaskan akan hakikat dakwah Al-Ikwah al-Muslimun, kemuliaan misi, tujuan dan sarana-sarananya; bahwa misinya adalah dakwah robbaniyah, dan hal ini merupakan bahagian yang ingin kami tegaskan dan kami tancapkan dalam jiwa; sehingga dunia dan perhiasannya tidak mampu mengaburkan –baik dengan tipu daya dan rayuan-rayuannya- akan hakikat kami dan tabiat risalah kami: “Ciri khusus dari karakter dakwah kami adalah robbaniyah alamiyah: adapun yang dimaksud dengan robbaniyah adalah karena dasar utama yang menjadi tujuan utama adalah untuk memberikan pemahaman kepada manusia akan hakikat Tuhan mereka, dan untuk menyandarkan kekuatan hubungan ruhaniyah yang mulia sehingga dapat mensucikan jiwa mereka dari kejumudan materi yang laten dan penyimpangan-penyimpangan yang ada di dalamnya menuju kebersihan dan keindahan jiwa insani. Dan kami, jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun menyeru dari lubuk hati kami yang paling dalam akan syiar kami : “Allah adalah tujuan kami”
Jadi tujuan pertama dakwah kami adalah mengingatkan umat untuk sadar akan hubungannya yang erat kepada Allah dari hal-hal yang telah dapat melupakan Allah oleh mereka sehingga Allah melupakan mereka.

Allah berfirman :

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang betaqwa”. (Al-Baqoroh: 21).

Dan ini, pada hakikatnya kunci pertama untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan yang tertutup oleh adanya kejumudan dan materi di hadapan manusia, sehingga mereka tidak mampu memberikan solusi cara penyelesaiannya. Dan tanpa kunci ini adalah maka tidak akan terjadi perbaikan” (risalah dakwatuna fi thaorin jadid).

Dari sini, kalian wahai al-ikhwan al-muslimun – sebagai pemimpin umat dan pemegang bendera dakwah – hendaknya menghiasi diri dengan sifat robbaniyah dan berakhlak dengannya, dan mengimplementasikannya dalam jiwa kalian; sehingga terwujud sosok hamba robbani, yang memahami akan perintah Allah dan larangan-larangan-Nya, memahami syariat Allah dan wahyu-Nya, hingga mampu mengejewantah dalam jiwa dan mengajak umat menuju kepadanya; baik untuk dunia maupun akhirat. Demikianlah kewajiban anggota Al-Ikhwan, sebagaimana Allah berfirman:

“Namun jadikanlah kalian orang-orang robbani”. (Ali Imran:79)

Jika kita ingin mendapatkan nilai robbani sebagaimana yang kita inginkan, maka hendaknya yang pertama kita lakukan adalah merealisasikannya dalam:

- Diri kita terlebih dahulu, dengan merasakan akan firman Allah:

“Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam”. (Al-An’am: 162)

Dan firman Allah:

“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang berbuat ihsan (kebaikan)” (An-Nahl:128)

-Kemudian dalam rumah tangga kita:

“Dan jadikanlah rumah-rumah kalian kiblat dan dirikanlah shalat, dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman”. (Yunus:87)

Lalu di tengah masyarakat kita dengan memprektekkan akhlak mulia sehingga dapat membangkitkan umat menuju kebaikan yang telah digariskan oleh Allah SWT:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Ali Imran:110)

Makna robbaniyah adalah meng-intisabkan diri kepada Tuhan, dan intisab ini tidak akan terwujud kecuali dengan menjadikan Allah, Tuhan semesta alam berada dan hadir dalam berbagai kondisi; Dan Robbaniyah itu sendiri tidak akan bisa hadir kecuali dengan hal-hal berikut; dengan beribadah kepada Allah melalui pemahaman yang integral terhadap ibadah tersebut; yaitu menjadikan hidup dan mati, gerak dan diam hanya untuk Allah SWT; tidak berbicara kecuali dengan apa yang diridhai Allah, tidak bekerja dan berbuat kecuali karena Allah, dan tidak mengarahkan niat kita dalam ucapan dan perbuatan kecuali karena Allah.

Robbaniyah

Hendaknya kalian menjadikan robbaniyah sebagai puncak amal dan prioritas kalian, dan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkannya dalam berbagai kekuatan dan usaha yang telah diberikan kepada kalian, merealisasikan sifat-sifat wali Allah dengan prilaku dan akhlak-akhlak mereka;

“Karena Allah sebaik-baik pelindung dan Dialah Dzat yang Maha Rahim dari yang rahim”. (Yusuf:64)

Dan tidak menjadikan syaitan atas kalian sebagai jalan :

“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak akan mampu kalian (syaitan) kuasai dan tipu”. (Al-Isra:65).

Dan inilah yang kami inginkan dan kami usahakan untuk menuju kepadanya, dan ini sebagai kewajiban atas setiap individu yang menjadi jati diri dalam kehidupannya dan dalam lingkup tanggungjawabnya secara individu untuk bekerja dengan giat dan sungguh-sungguh mewujudkan kewajiban robbaniyah dan ubudiyah.

Kewajiban-kewajiban

Hendaknya kalian menyuburkan iman dalam jiwa kalian.. Karena iman merupakan pengarah terhadap berbagai keinginan pada setiap orang dalam hidupnya; di dunia dan di akhirat. Dan merupakan cara untuk melakukan pembaharuan diri dan mengokohkanya dalam jiwa memiliki banyak model dan ragamnya. Dan yang paling utama adalah menjalin hubungan yang baik dengan Allah; melalui penegakkan kewajiban-kewajiban, memperbanyak ketaatan dan amal shalih; dan bertindak dengan penuh kejujuran; seperti yang diungkapkan dalam atsar:

“JIka hamba-Ku menghadap kepada-Ku dengan hatinya dan jiwanya maka Aku akan menerima hati-hati hamba-Ku dengan penuh kasih sayang dan rahmat”.

Dan jadikanlah Allah sebagai tujuan akhir dan misi tertinggi hidup kalian, dan jadikanlah Allah selalu hadir dalam hati kalian dan dihadapan kalian dan bahkan dalam berbagai aktivitas dan perbuatan kalian, ikhlaskan niat dan amal kalian karena-Nya, dan fahamilah akan hakikat yang Allah ciptakan untuk-Nya:

“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. (Ad-dzariyat:56);

Dan wujudkanlah dalam jiwa-jiwa kalian makna syiar kami “Allah adalah tujuan kami”, dan berusahalah untuk mewujudkannya dalam dunia nyata.

Hendaknya kalian selalu berada pada posisi yang paling tinggi, dan menjadikan tujuan kalian dalam hidup ini adalah untuk menggapai ridha Allah, menjadikan semua pekerjaan kalian untuk mendapatkan kemenangan surga Firdaus yang paling tinggi, dan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan misi yang mulia dan meraih keridhaan Allah, dan gunakanlah waktu dari setiap menit, setiap saat, dan setiap detak jantung dengan baik, dengan menjadikannya sebagai tambahan dalam peningkatan iman

“Bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. mereka Itulah orang-orang yang benar”. (Al-Hashr:8)

Realisasikanlah ukhuwah diantara kalian dan terapkanlah secara konkrit, dimulai dari berlapang dada hingga itsar :

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. (Al-Hashr:9)

Yang Kami inginkan adalah ukhuwah yang nyata yang dapat membatu untuk melakukan ketaatan dan perdekatan diri kepada Allah, memperkaya kerja dan mendorong untuk maju.

Bahwa robbaniyah adalah proyeksi kehidupan yang penuh dengan keimanan, karena itu peliharalah diri untuk selalu menunaikan shalat berjamaah dan pada shaf pertama, khsususnya shalat fajar, Baca Qur’an dan menyimaklah serta tadabburkan lalu tunaikan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya. Dan ketahuilah bahwa untuk berjalan menuju Allah adalah qiyam lail yang merupakan inti dari kemuliaan seorang mukmin dan bekalan yang hakiki dalam mengemban amanah dakwah dan menghadapi ujian-ujiannya yang berat dan juga merupakan amunisi dakwah menuju kesuksesan, bersungguh-sungguhlah dalam berdoa pada waktu sahur dan manfaatkan waktu-waktu yang terbaik tersebut untuk berserah diri kepada Allah. Dan ketahuilah bahwa qiyam lail juga merupakan sebaik-sebaik penopang beban dakwah yang ada dihadapan kita semua

“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”. (Al-Muzzammil:6)

Dan sibukkanlah hidup kalian dengan berdzikir, tafakkur, puasa, ibadah nawafil (tambahan sunnah) dan silaturrahim, dan jadikanlah diri kalian orang yang terbaik di tengah keluarga dan kerabat serta masyarakat, taatlah kepada Allah saat bersama mereka dan tampakkannlah dari jiwa kalian qudwah hasanah untuk dakwah dan agama kalian, dan -begitu pula- jadilah sosok yang selalu dinanti-nanti oleh masyarakat.

Wahai Al-Ikhwan dan wahai seluruh umat Manusia

Bahwa robbaniyah merupakan sarana perbaikan bagi diri dan masyarakat, karena itu orang-orang yang rabbani selalu memelihara kitab Allah, merekalah yang bertanggungjawab dihadapan Allah akan tugasnya dalam memelihara syari’ah, menyampaikan dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah

“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya”. (Al-Maidah:44).

Seorang Robbani akan merasakan bahwa Allah akan bertanya kepadanya tentang syariah secara keseluruhan, dan tentang amanah umat secara bersamaan; karena dirinya diminta untuk memelihara wahyu Allah, dan memelihara wahyu tidak hanya sekedar menghafalnya di dalam otak dan hati, namun memeliharanya secara konkrit sehingga dengan membawanya sebagai risalah, menghafalnya dan mengamalkannya sebagai amanah dan kerja yang harus dipertanggungjawabkan. Dan dari sinilah -oleh karena itu pula- kita harus mengisi jiwa ini dengan jiwa robbaniyah, sehingga dapat menyelamatkan jiwa dan memenangkan agama dan mengembalikan umat pada kemuliaannya dan pada jati dirinya yang mulia.

Kita juga harus berhati-hati terhadap adanya kesalahan persepsi dan fikiran yang merusak yang selalu menyusup ke dalam hati kita dan pada sebagian banyak orang; bahwa terlalu banyak kesibukan dan beban dakwah akan berakibat konflik dan bertentangan dengan Robbaniyah dan ruhiyah dan mempengaruhi dampak negative. Atau kebalikannya, meraih kebaikan secara sempurna; bahwa pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat membersihkan ruh dan meninggikan sisi keimanan dan membantu perbaikan ibadah kepada Allah dan memberikan prestasi dari apa yang diamanahkan kepada kita serta mampu menentukan tujuan dari berbagai Rencana dan program.

Kita harus menyadari bahwa tidak akan terwujud atau kita tidak akan dapat meraih prestasi atau melakukan pekerjaan yang baik tanpa adanya keikhlasan karena Allah dan menjadikan kerja seluruhnya untuk Allah, Tuhan yang Maha Kuasa.

Karena itu, langkah utama dalam menyelamatkan dunia dari kebobrokannya tergantung pada kembalinya kita menuju nilai-nilai robbani secara sungguh-sungguh dan konkrit, bekerja dengan giat untuk membela Islam dan menaikkan derajatnya. Dan dari sinilah kewajiban setiap jiwa yang memiliki kecemburuan dan keikhlasan untuk Islam dan untuk kembali kepada Allah di wujudkan.

“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu”. (Adz-dzariyat:50)

Dan jadikanlah syiar kami selalu berkumang dalam hidup ini:

“Dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)”. (Thaha:84)

Dan tidak ada seorangpun yang mampu melndahulu kami untuk menuju Allah.
Allahu Akbar, walillahil hamdu.

Dan shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW , keluarga dan sahabatnya, dan Pujian hanya milik Allah , Tuhan semesta alam.Tautan

Wallohu a'lam,
http://www.al-ikhwan.net/wp-content/uploads/2007/12/mahdi-akif.jpg
Muhammad Mahdi Akif

source: islamedia


Sunday, July 17, 2011

Ibadahmu Untuk Allah dan Kebaikanmu

Islamedia - Sangat wajar jika kita nyaman dan senang pada komunitas tertentu, apa lagi jika komunitas itu, komunitas islami. serasa di syurga rasanya. siapa yang tidak senang punya teman sholeh/ah, lingkungan yang mengingatkan kita pada kebaikan, lingkungan yang sangat kondusif. bayangkan yang sebelumnya kita malas sholat wajib, dalam komunitas itu secara tidak langsung kita di dorong untuk rajin sholat tepat waktu. sebelumnya kita tidak suka baca buku, suka tidak suka kita di dorong untuk membaca buku, sebelumnya kita males berorganisasi kita di dorong untuk memegang amanah, sebelumnya kita kasar bicara dengan orang tua kita di dorong untuk selalu doakan orang tua setelah sholat dan banyak hal baik yang di dapat di komunitas itu.

namun dalam komunitas manapun pasti ada rasa jenuh. ternyata dalam komunitas baik seperti di ataspun bisa ada rasa jenuh. dan dalam komunitas manapun pasti ada yang merasa kecewa/ tdk sepakat termasuk komunitas di atas. ya..itu semua hanya komunitas,yang isi nya manusia.hanya komunitas manusia yang ingin menjadi baik, jadi di buatlah sistem yang baik. manusia sebagai inputnya bisa dengan beragam latar belakang tapi karena sistemnya sama baiknya, berharap outputnya baik, kalaupun ada beda persentasinya kecil. namun, dalam sebuah sistem pasti ada saja gagal nya. pastinya kita berharap gagalnya tdk banyak.
namun sayangnya, gagal yang 1 ternyata mempengaruhi kualitas inputan yg lainnya, itulah kita.

saat melihat outputan ada yg gagal, rasa kecewa hinggap dalam hati kita. ya..silahkan kecewa, tapi pernahkah kita berfikir, kita kecewa pada siapa? kecewa pada sistem yang kita tau sistem itu baik, atau kecewa pada individu yg kita juga sadar individu itu cuma manusia?
jangan bertindak gegabah kawan, karena rasa kecewa yang tidak rasional yang awalnya kita sangat rajin sholat jamaah, kita jadi sholat sendiri, karena rasa kecewa yang tidak rasional itu, yang awalnya kita rajin ngaji kita jadi tidak mengaji, yang awalnya kita menjaga sekali aurat diri, sekarang di perlihatkan ke khalayak umum.

Jangan bertindak tergesa-gesa kawan, karena rasa kecewa yang tidak rasional, hingga keluar dari komunitas namun jangan berfikir bebas. hingga tanpa sadar kita senang dengan terbebas dari dorongan tilawah 1 juz perhari, bebas dari dorongan sholat tepat waktu, bebas dari dorongan mengikuti kajian rutin dan banyak kebaikan lainnya.
karena ibadahmu itu untuk Allah dan untuk kebaikanmu, baik di dalam dan di luar komunitas itu.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar – benar berada dalam kerugian, kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al Ashr : 1 - 3)


oleh Ratri
http://www.islamedia.web.id/2011/06/ibadahmu-untuk-allah-dan-kebaikanmu.html

Halaqoh Usbu’iyah Muntijah - Majlis Pekanan Yang Ideal

Islamedia - Halaqoh Usbu’iyah (majlis pekanan) adalah salah satu sarana terpenting diantara Wasail tarbawi yang ada, bukanlah disebut tarbiyah tanpa adanya halaqoh, ia adalah asas (dasar) dari tarbiyah, dan ia adalah pondasi tegaknya dan terlaksananya seluruh agenda tarbawiyah, jika halaqohnya kuat, maka dia akan memiliki daya dorong yang kuat pula bagi terlaksananya agenda tarbawiyah, jika halaqohnya lemah maka efek yang akan ditimbulkan adalah tersendatnya, bahkan tak terlaksananya agenda tarbawiyah dengan baik.



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS 58.Al Mujadilah – Ayat 11]
Lalu halaqoh yang bagaimanakah yang dimaksud :
Ciri-ciri Halaqoh Usbu’iyah Muntijah

1. Halaqoh Imaniyah : Halaqoh yang mampu meningkatkan keimanan para anggotanya, maka program yang menunjang peningkatan keimanan harus berjalan , salah satunya adalah programTilawatil Qur,an dan menghafalnya .

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.[QS 8.Al Anfal – Ayat 2 ]


2.Halaqoh ‘ubudiyah shohihah : Halaqoh harus memutaba’ah (evaluasi) ibadah yang dilakukan oleh para anggotanya untuk memastikan bahwa ibadah anggota halaqoh dalam keadaan baik sebagai refleksi keimanan yang terus bertambah.bagaimana sholat berjamaahnya,sholat sunnahnya, shaum sunnahnya, dzikir ma’tsurotnya ,mabit (katibah) dll.
وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلاً
Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. [QS 73.Al Muzzammil – Ayat 8 ]


3. Halaqoh ‘Ilmiyah Tsaqofiyah : Halaqoh harus memiliki program Ilmiyah, seperti bedah buku, atau sesekali menghadirkan murobbi tamu untuk mengajarkan satu bidang ilmu.atau halaqoh dapat memberikan dorongan motivasi bagi anggotanya untuk menuntut ilmu syar’I atau ilmu lainnya seperti politik,social, pendidikan dll. dalam rangka membentuk kader berkwalitas baik ilmu dan wawasannya.


Rasululloh SAW bersabda :
” Idza Aradallohu biabdi khoiron ,Ayyatafaqqohu Fiddiin “
Artinya : "Jika Alloh meghendaki kebaikan atas seorang hamba maka :dijadikanlah dia faqih (faham) terhadap agamanya “.

4. Halaqoh Ukhuwah Imaniyah : Halaqoh harus mampu menyatukan hati(Irthibatul Qulub) para anggotanya dengan program-program ukhuwah, setiap anggota halaqoh harus bertaaruf (saling mengenal) satu dengan yang lainnya,saling memahami (tafahum) diantara mereka, hingga sampai kepada tingkatan saling menanggung (Takaful), atau Saling menolong satu dengan yang lainnya ( Taawun).untuk mewujukan rasa ukhuwah diantara mereka.Adapun program yang dapat dilakukan diantaranya Rihlah ,olahraga bersama (Riyadhoh), Saling mengunjungi (Ziaroh), makan bersama, Iftor jamai (buka puasa bersama) dengan demikian akan tercipta rasa rindu diantara mereka jika tak bertemu.
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. [QS 3.Ali ‘Imran – Ayat 103 ]

5. Halaqoh da,wiyah wal harokiyah : Halaqoh harus mampu membangun kesadaran berdakwah dan berharokah kepada para anggotanya, karena itulah sesungguhnya misi utama dari halaqoh usbu’iyah,jika halaqoh tak mampu melahirkan kader dakwah ibarat pohon yang tak berbuah, ibarat telur yang dierami tak pernah menetas (mungkin telurnya busuk) , atau ibarat menikah tak jua punya anak.

Firman Alloh SWT dalam surat Ali Imron ayat 79

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ اللّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُواْ عِبَاداً لِّي مِن دُونِ اللّهِ وَلَـكِن كُونُواْ رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani , karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.[QS 3.Ali ‘Imran – Ayat 79]


Atau hadits nabi “ Khoirukum manta’alamal Qur ana wa’alamahu (Sebaik-baik kamu adalah yang belajar Alqur,an dan mengajarkannya).

Dengan melaksanakan unsur-unsur diatas secara maksimal maka sebuah halaqoh akan menjadi pertemuan yang dinanti, memberikan rasa aman dan nyaman bagi para anggotanya, bahkan dia mirip sebuah hubungan keluarga, dan merasa ada keterikatam dan keterkaitan antara mereka.
Namun jika halaqoh tidak memenuhi unsur –unsur diatas maka dikhawatirkan akan menjadi sebuah pertemuan yang monoton, menjemukan dan memiliki kecenderungan dan potensi futur yang besar pagi para anggotanya.

Wallohu 'alam,
http://islamediaonline.files.wordpress.com/2011/05/mridwan.jpg
Ustadz Muhammad Ridwan

source: http://www.islamedia.web.id/2011/06/halaqoh-usbuiyah-muntijah-majlis.html